Site icon YPMIC

KFN Indonesia Pilih Malino Sebagai Lokasi Camping Perdamaian

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Kaiciid Fellows Network (KFN) Indonesia bekerjasama dengan KAICIID Austria melirik Malino sebagai lokasi Camping Perdamaian, Selasa-Rabu, (10-11/3/ 2020).

 

KFN Indonesia menggandeng Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Cerdas (YPMIC).

Koordinator Program KFN Indonesia, Ridwan al-Makassary mengatakan Malino sebagai lokasi pelatihan karena Malino adalah ikon lokasi konferensi dan negosiasi dalam sejarah baik di era kolonial maupun era revoluasi kemerdekaan, bahkan hingga sekarang ini. Malino dikenal sebagai kota perdamaian karena, secara historis, konflik etnis di Poso menyebabkan ribuan orang menderita dan kehilangan ribuan orang yang tidak berdosa.

 

Konflik ini akhirnya dapat terselesaikan melalui Piagam Malino I pada tahun 2001. Kemudian, pada tahun 2002, konflik Ambon juga dapat diselesaikan melalui negosiasi damai di Malino.

Piagam Malino II dianggap sebagai babak akhir dari konflik Ambon, di mana banyak peneliti perdamaian menganggap konflik Ambon sebagai proses transformasi perdamaian dengan mengintegrasikan dimensi budaya yang sudah ada.

 

“Selain dikenal dengan kota damai, Malino juga merupakan salah satu destinasi wisata yang popular di Sulawesi Selatan, yang menawarkan keanekaragaman budaya serta keragaman agama. Inilah yang menjadikan Malinotempat yang penuh sejarah dan sarat makna, yaitu bagaimana menjaga perdamaian sehingga bisa menjadi kekuatan di mana para peserta dapat merasakan dan belajar tentang toleransi dan keberagaman,” kata Ridwan al-Makassary, Selasa (21/1/2020).

 

Kegiatan camping ini dirancang untuk membangun interaksi kehidupan di antara komunitas yang beragam dan memberi kesempatan untuk memahami persamaan dan perbedaan di antara mereka.

Selama perjalanan, disajikan sesi dialog ringan mengenai dialog antara agama dan antarbudaya
Selain itu, kegiatan ini akan menciptakan pola interaksi antar penganut agama yang berbeda. Misalnya, selama perjalanan, para peserta akan duduk berdampingan dengan penganut agama yang berbeda.

 

Demikian juga selama camping, para peserta akan ditempatkan dengan peserta yang berbeda agama. Sementara Nurhidayah, Ketua Panitia dari YPMCI dan juga fasilitator Camping Damai KFN Indonesia menambahkan, tempat-tempat yang dipilih untuk kunjungan pada kegiatan ini adalah pusat-pusat keagamaan yang umumnya dikenal sebagai simbol perdamaian.


Selain itu, kegiatan ini akan menciptakan pola interaksi antar penganut agama yang berbeda. Misalnya, selama perjalanan, para peserta akan duduk berdampingan dengan penganut agama yang berbeda.
Demikian juga selama camping, para peserta akan ditempatkan dengan peserta yang berbeda agama.

Sementara Nurhidayah, Ketua Panitia dari YPMCI dan juga fasilitator Camping Damai KFN Indonesia menambahkan, tempat-tempat yang dipilih untuk kunjungan pada kegiatan ini adalah pusat-pusat keagamaan yang umumnya dikenal sebagai simbol perdamaian.

Exit mobile version